Pendahuluan
Pernikahan merupakan momen sakral yang menyatukan dua insan dalam ikatan cinta dan kasih sayang. Dalam ajaran Islam, hal ini tercermin dalam firman Allah SWT pada Q.S. Ar-Ruum: 21, yang menegaskan bahwa manusia diciptakan berpasang-pasangan agar hidup berdampingan dalam ketentraman. Setiap daerah di Indonesia memiliki tradisi pernikahan yang khas, termasuk adat Jawa yang sarat akan makna dan simbol. Artikel ini akan mengupas tuntas prosesi pernikahan adat Jawa dengan pendekatan semiotika untuk memahami makna di balik setiap rangkaian upacaranya.
Rangkaian Prosesi Pernikahan Adat Jawa
1. Tahap Pembicaraan (Babak I)
Tahap awal dimulai dengan pembicaraan antara keluarga calon pengantin pria dan wanita. Proses ini meliputi:
-
Nontoni: Kunjungan informal untuk melihat calon mempelai wanita.
-
Lamaran: Penyampaian niat melamar secara resmi.
-
Penentuan Hari Baik (Gethok Dina): Menentukan tanggal pernikahan berdasarkan perhitungan Primbon Jawa.
2. Tahap Kesaksian (Babak II)
Prosesi ini menjadi peneguhan keseriusan kedua belah pihak dengan melibatkan keluarga besar dan sesepuh melalui acara:
-
Serah-serahan: Penyerahan simbolis berupa cincin, busana, makanan tradisional, buah-buahan, daun sirih, dan uang, masing-masing memiliki makna mendalam.
-
Peningsetan: Tukar cincin sebagai pengikat komitmen.
-
Asok Tukon: Penyerahan dana sebagai simbol tanggung jawab finansial.
-
Gethok Dina: Penetapan hari pernikahan secara definitif.
3. Tahap Siaga (Babak III)
Persiapan teknis acara pernikahan dilakukan dengan:
-
Sedhahan: Pengiriman undangan.
-
Kumbakarnan: Pembentukan panitia acara.
-
Jenggolan: Pendaftaran pernikahan di KUA.
4. Tahap Rangkaian Upacara (Babak IV)
Merupakan inti dari prosesi adat yang mencerminkan kesiapan menyambut acara:
-
Pasang Tarub dan Tratag: Pemasangan dekorasi khas sebagai tanda akan diadakannya hajatan.
-
Kembar Mayang: Hiasan simbol kebahagiaan dan keselamatan.
-
Pasang Tuwuhan: Pemasangan tumbuhan sarat makna di gerbang rumah.
-
Siraman: Penyucian diri calon pengantin.
-
Adol Dawet: Simbol keberkahan dan kelancaran rezeki.
-
Midodareni: Malam terakhir masa lajang dengan doa dan restu.
5. Tahap Puncak Acara (Babak V)
-
Ijab Qobul: Prosesi akad nikah yang sah secara agama dan hukum.
-
Upacara Panggih: Pertemuan resmi kedua mempelai yang mencakup:
-
Liron Kembar Mayang: Pertukaran simbolis kembar mayang.
-
Ngidak Endhog: Pengantin pria menginjak telur sebagai simbol kesiapan menjadi kepala keluarga.
-
Sungkeman: Memohon restu kepada orang tua.
-
Kacar-Kucur: Simbol tanggung jawab nafkah suami.
-
Makna Simbol dalam Prosesi Pernikahan (Pendekatan Semiotika)
Menurut teori semiotika Charles Sanders Peirce, tanda dibagi menjadi ikon, indeks, dan simbol.
-
Ikon: Tanda yang menyerupai objeknya. Contoh: cincin emas sebagai lambang keabadian cinta.
-
Indeks: Tanda yang berkaitan langsung dengan objek. Contoh: kembar mayang yang hanya hadir dalam prosesi pernikahan.
-
Simbol: Tanda berdasarkan kesepakatan budaya. Contoh: siraman sebagai simbol penyucian diri.
D. Penutup
Prosesi pernikahan adat Jawa merupakan warisan budaya yang penuh makna. Setiap tahap dan simbol memiliki filosofi mendalam yang mencerminkan nilai luhur masyarakat Jawa. Meski terkesan kompleks, rangkaian upacara ini menjadi sarana menjaga harmoni dan menguatkan ikatan antar keluarga. Melestarikan tradisi ini bukan sekadar menjalankan serangkaian ritual, tetapi juga menghidupkan kembali nilai-nilai kehidupan yang sarat makna.