Pengantar
Gordang Sambilan adalah salah satu kesenian tradisional suku Mandailing yang berasal dari Sumatera Utara. Kata "Gordang" berarti gendang atau bedug, sementara "Sambilan" berarti sembilan. Sesuai namanya, alat musik ini terdiri dari sembilan gendang dengan ukuran dan nada yang berbeda, menciptakan harmoni yang khas dan berfungsi penting dalam berbagai upacara adat.
Sejarah dan Asal-usul Gordang Sambilan
Pada masa ketika masyarakat Mandailing menganut kepercayaan animisme yang dikenal dengan Sipelebegu, Gordang Sambilan digunakan dalam upacara memanggil roh leluhur (Pasusur Begu atau Paturuan Sibaso). Upacara ini bertujuan meminta pertolongan roh nenek moyang untuk mengatasi permasalahan seperti wabah penyakit atau bencana alam. Selain itu, Gordang Sambilan juga difungsikan dalam ritual untuk memohon hujan atau menghentikan hujan berlebihan.
Komponen dan Bahan Pembuatan
Gordang Sambilan terdiri dari sembilan gendang yang terbuat dari kayu berlubang dengan salah satu ujungnya ditutup kulit lembu yang direntangkan dan diikat rotan. Selain gendang, ansambel ini dilengkapi dengan:
-
Ogung Boru-boru : Gong terbesar (gong betina)
-
Ogung Jantan : Gong berukuran lebih kecil
-
Doal : Gong lebih kecil dari ogung jantan
-
Salempong/Mongmongan : Tiga gong kecil
-
Sarune/Saleot : Alat tiup dari bambu
-
Tali Sasayat : Sepasang sambal kecil
Cara Memainkan Gordang Sambilan
Permainan Gordang Sambilan dipimpin oleh seorang Panjangati , pemain gendang terbesar (jangat). Panjangati memiliki peran penting dalam mengatur pola ritmik dan harmoni ansambel. Setiap gendang dimainkan dengan teknik berbeda, menciptakan irama yang dinamis. Ketukan dan aksen tertentu memberikan efek ketegangan dan suasana yang sesuai dengan acara.
Peran dalam Upacara Adat
Gordang Sambilan memiliki peran vital dalam berbagai upacara adat Mandailing, antara lain:
-
Upacara Pernikahan (Orja Godang Markaroan Boru) : Memerlukan izin dari pemimpin adat seperti Namora Natoras dan Raja Panusunan Bulung . Selain itu, harus menyembelih minimal satu ekor kerbau jantan dewasa ( longit ) sebagai syarat.
-
Upacara Kematian (Orja Mambulungi) : Dalam upacara ini, hanya dua gendang terbesar ( jangat ) yang dimainkan, dikenal sebagai bombat . Ritual ini juga membutuhkan izin adat dan pengorbanan kerbau.
-
Pengiring Tari Sarama : Gordang Sambilan juga mengiringi Tari Sarama. Penari ( Penyarama ) sering mengalami kesurupan sebagai bentuk masuknya roh leluhur.
Perkembangan dan Pelestarian
Kini, Gordang Sambilan tidak hanya dimainkan dalam upacara adat tetapi juga di berbagai acara budaya, pernikahan, penyambutan tamu, hingga festival seni. Alat musik ini bahkan pernah dipentaskan di Istana Presiden, memperkuat statusnya sebagai warisan budaya nasional yang membanggakan.
Penutup
Sebagai salah satu warisan budaya Indonesia, Gordang Sambilan bukan hanya alat musik, tetapi simbol identitas dan kekayaan budaya Mandailing. Pelestarian dan pengenalan Gordang Sambilan di berbagai kesempatan adalah bentuk penghormatan terhadap tradisi leluhur dan warisan budaya bangsa.
Ingin mengadakan resepsi pernikahan adat Mandailing dengan alunan Gordang Sambilan? Cek Paket Pernikahan kami sebagai referensi untuk keluarga Anda.
Sumber : Kemendikbud